MinangKabau
itu berasal dari dua perkataan yaitu “Minang” bermakna menang dan “Kabau”
bermakna Kerbau. Dengan itu MinangKabau bermakna “Menang Kerbau” atau “Kerbau
Menang”.
Menurut
ceritanya, pada suatu hari Raja Nur Alam yang memerintah negeri Batu Putih di
wilayah Sumatera Barat Indonesia, didatangi oleh Raja Kepulauan Jawa. Karena
menyangka kedatangan baginda bersama rombongannya itu berniat baik maka
disambut dengan baik oleh rakyat jelata dan mereka terus dibawa mengadap Raja Nur
Alam di istana.
“Kami
datang hendak berperang”, kata Raja Kepulauan Jawa sebaik sahaja mengadap Raja
Nur Alam.
“Berperang? Aapa faedahnya?”titah Raja Nur Alam pula. “Beta hendak memerintah negeri ini,” jawab Raja Kepulauan Jawa pula.
“Berperang? Aapa faedahnya?”titah Raja Nur Alam pula. “Beta hendak memerintah negeri ini,” jawab Raja Kepulauan Jawa pula.
Pada
mulanya Raj Nur Alam tidak mengendahkan cabaran itu karena baginda tidak suka
berperang sebaliknya ingin menjalin persahabatan dengan Raja Kepulauan Jawa
itu. Tetapi Raja Kepulauan Jawa masih tidak berpuas hati dan cabaran demi
cabaran telah diajukan kepada Raja Nur Alam supaya mereka berperang. Akhirnya
Raja Nur Alam tidak mempunyai pilihan melainkan terpaksa menyahut cabaran
tersebut.
“Siapkan
segala kelengkapan karena kita terpaksa berperang dengan Raja Kepulauan Jawa”,
perintah Raja Nur Alam kepada pembesar istana.
“Kalau kita berperang yang menang akan jadi arang dan yang kalah akan jadi abu”, Kata Tok Perpatih, Bendahara Raja Nur Alam.
“Apa yang mesti kita lakukan?” tanya Raja Nur Alam.
“Kalau kita berperang yang menang akan jadi arang dan yang kalah akan jadi abu”, Kata Tok Perpatih, Bendahara Raja Nur Alam.
“Apa yang mesti kita lakukan?” tanya Raja Nur Alam.
Maka
Tok Perpatih pun mencadangkan supaya diadakan pertandingan diadu kerbau antara
kerbau Raja Kepulauan Jawa dengan kerbau Raja Nur Alam.
“Pemilik kerbau yang kalah mesti tunduk kepada pemilik kerbau yang menang,” kata Tok Perpatih menyarankan.
“Pemilik kerbau yang kalah mesti tunduk kepada pemilik kerbau yang menang,” kata Tok Perpatih menyarankan.
Raja
Kepulauan Jawa setuju terhadap saran itu lalu baginda pun menyediakan seekor
kerbau betina yang besar dan garang. Baginda berasa amat yakin akan memperoleh
kemenangan tanpa payah berperang.
Untuk
menentang kerbau Raja Kepulauan Jawa itu maka Raja Nur Alam telah memerintahkan
orang-orang baginda mencari kerbau yang sama besarnya dengan kerbau pihak lawan
tetapi tidak berhasil mendapatkannya. Akhirnya Tok Perpatih menyarankan supaya
mereka membuat rencana untuk menewaskan kerbau Raja Kepulauan Jawa itu.
Mereka menyediakan
seekor anak kerbau dan anak kerbau itu dibiarkan kelaparan dan kehausan
semalaman. Kemudian anak kerbau itu dipasangkan tanduk yang diperbuat dari
buluh runcing.
Maka
pada hari yang ditetapkan maka berkumpullah orang ramai di satu kawasan
lapangan untuk menyaksikan pertandingan laga kerbau antara kerbau Raja
Kepulauan Jawa dengan kerbau Raja Nur Alam. Raja Kepulauan Jawa dan orang-orang
kerajaannya selalu ketawa bila melihat kerbau kepunyaan Raja Nur Alam yang
sangat kecil dibanding kerbau kepunyaan mereka.
Bila
pertandingan di mulai maka kerbau Raja Kepulauan Jawa dilepaskan dulu ditengah
area pertandingan kemudian barulah dilepaskan kerbau kepunyaan Raja Nur Alam.
Baru saja dilepaskan maka anak kerbau yang kehausan dan kelaparan itu langsung
ke arah kerbau betina karena menyangka itu adalah ibunya.
Anak kerbau
itu terus menyusup ke bawah perut kerbau betina kepunyaan Raja Kepulauan Jawa
dan terus menyeruduk kepalanya karena hendak menyusu dan ini menyebabkan perit
kerbau itu terluka. Apabila kerbau kepunyaan Raja Kepulauan Jawa merasa sakit
maka ia pun melarikan diri tetapi terus dikejar oleh anak kerbau yang kehausan
itu dan setiap kali anak kerbau itu menundukkan kepalanya kebawah perut kerbau
betina itu maka setiap kali terluka dan akhirnya kerbau kepunyaan Raja
Kepulauan Jawa itu pun mati. Dan kerbau kepunyaan Raja Nur Alam diistiharkan
sebagai pemenang. Raja Kepulauan Jawa berasa malu lalu berangkat pulang ke
negerinya.
Peristiwa
“Menang kerbau” itu telah menyelamatkan negeri Batu Putih yang diperintah oleh
Nur Alam dari Raja Kepulauan Jawa.
Untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut maka Raja Nur Alam menamakan negeri itu MinangKabau yang berarti “Menang Kerbau”. Raja Nur Alam juga menyuruh rakyat mendirikan rumah yang mana bentuk bumbungnya melengkung seperti tanduk kerbau. Sejak Itu negeri Batu putih bertukar nama menjadi MinangKabau dan rumah yang bumbungnya seperti tanduk kerbau masih kekal hingga saat ini.
Untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut maka Raja Nur Alam menamakan negeri itu MinangKabau yang berarti “Menang Kerbau”. Raja Nur Alam juga menyuruh rakyat mendirikan rumah yang mana bentuk bumbungnya melengkung seperti tanduk kerbau. Sejak Itu negeri Batu putih bertukar nama menjadi MinangKabau dan rumah yang bumbungnya seperti tanduk kerbau masih kekal hingga saat ini.
sumber: http://minangranahnandicinto.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar